Sabtu, 13 Oktober 2018

Sepotong Kisah Tetang Berproses Menjadi Ibu



Halo, Happy People!

Memiliki anak merupakan anugerah terindah bagi semua pasangan yang sudah menikah. Begitupula bagi saya. menikah diusia yang tidak muda lagi, memiliki anak adalah prioritas saya dan suami setelah menikah. Alhamdulillah kami berdua segera diberi kepercayaan untuk menimang buah hati pertama kami, dan menjadi hadiah ulang tahun pertama pernikahan kami.

Saya dan suami mempersiapkan segala kebutuhan untuk menyambut anak kami yang pertama ini. mulai dari perlengkapan bayi yang terkecil sampai yang terbesar,  juga kebutuhan finansial. Karena mengandung dan melahirkan anak sekarang ini memang memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Kami merasa sangat siap untuk menerima kedatangan bayi mugil di dalam keluarga kecil yang baru mulai dibina saat itu.Tapi ternyata ada yang terlewatkan oleh kami berdua, khususnya oleh saya. Yaitu persiapan mental. Iya, ternyata kesiapan mental untuk menyambut buah hati adalah hal yang paling penting dari semua persiapan yang lain. 

Memiliki seorang anak memang sangat membahagiakan, tapi ada perjuangan disana. ketika anak berada dalam pelukan artinya tanggung jawab yang besar pun ada di pundak orangtua . Nah, konsekwensi dari tanggung jawab yang besar inilah yang memerlukan kesiapan mental. Karena kita akan mempertanggung jawabkan anak-anak kita kepada Allah yang menitipkannya.

Tugas yang berat menanti. Saya termasuk tipe yang belajar dari pengalaman. Anak pertama saya benar-benar menjadi sekolah pertama saya untuk menjadi seorang ibu. Penuh dengan cobaan dan air mata. Saya harus beradaptasi dari yang tidak mempunyai tanggung jawab untuk mengurus oranglain, kemudian harus mengurus suami dan putri kecil saya sekaligus.

Saat itu tumpukan baju dan piring kotor sempat menjadi ancaman bagi saya untuk tidak merasa nyaman dan bahagia di dalam rumah sendiri. Sedari kecil saya sudah terbiasa dengan rumah yang rapih dan semua tertata apik pada tempatnya. Harus berbagi tempat dengan si kecil yang sedang suka menjelajah seisi rumah untuk bermain. Perhatian saya pun harus terus tertuju pada si kecil ini. Bukalah hal yang mudah untuk saya.

Sempat saya merasa sangat kelelahan dan bingung dengan keadaan rumah yang berantakan, anak yang menangis sepanjang hari, tidak tahu bagaimana cara memasak yang enak untuk keluarga. Dan semakin memanas karena cibiran orang-orang yang menganggap saya tidak becus menjadi seorang istri terlebih seorang ibu.

Satu hari saya pernah menangis seharian bersama anak pertama saya. Apa ini yang disebut baby blues? Bisa jadi, karena saat itu saya merasa menjadi orang yang paling tidak berguna di dunia ini.
Alhamdulillah saya memiliki keluarga dan suami yang bisa menjadi tempat saya berbagi perasaan dan membantu saya untuk bisa bangkit dalam perasaan tidak bahagia saat itu.

Dari pengalaman ini saya mendapat banyak pelajaran berharga dalam hidup. Bahwa berumah tangga itu perlu proses, begitu pula menjadi ibu pun berproses. Saya mulai bsia menerima diri saya kembali. Menjadi tidak sempurna bukan akhir dari segalanya. Asalkan kita selalu berusaha dan melakukan yang terbaik dalam segala hal.

Tidak selalu mendengarkan perkataan orang lain adalah obat yang ampuh untuk memupuk kepercayaan diri yang sedang rapuh. Katakanlah bahwa "Aku tahu yang terbaik untuk hidupku, dan aku akan melakukannya sesuai dengan yang aku mau". Perlahan tapi pasti saya mulai bisa menjalani hidup saya dengan baik bersama anak-anak saya.

Kini saya tetap bisa tersenyum walaupun rumah sudah sangat berantakan akibat ulah si kecil. Bahkan sekarang ada dua anak kecil dirumah yang tidak pernah absen membuat rumah jadi lebih berwarna ( berantakan). Saya mungkin bukan ibu yang sempurna untuk anak-anak saya, tapi saya akan selalu berusaha menjadi ibu terbaik yang mereka miliki. Karena saya ingin
membangun kenangan yang indah untuk mereka berdua. Sesekali marah pada anak tidak mengapa, karena saya hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Tapi marahnya jangan sampai kebabalasan, ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengalaman Membaca Buku Wonderfull Mom

Foto: koleksi pribadi Hai, Kawan Vera! Beberapa hari lalu, datanglah sebuah buku antologi yang bertajuk Wonderfull Mom. Warna ...