Selasa, 16 Oktober 2018

Stop Perundungan!

Foto: kompasiana.com


Hai, Blogger!

Kali ini saya akan bercerita tetang pengalaman perundungan yang terjadi pada anak sulung saya di sekolah. Bagi seorang ibu mendengar cerita ini dari putri kesayanganya pastilah sangat mengejutkan serasa dunia runtuh dihadapannya. Bagaimana tidak, hal yang paling ditakutkan orangtua pada anaknya adalah perundungan yang terjadi di sekolah.

Anak saya mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan dari teman laki-lakinya di kelas. Ketika tidak ada guru di dalam kelas. Anak saya menjadi korban perundungan dari hampir semua anak laki-laki dikelasnya. Saat itu ada yang menarik kerudungnya, memukul, dan menendang dan dilakukan secara beramai-ramai (dikerubutin, bahasa penjelasan anak saya)

Setelah mendengar ceritanya, saya merasa sangat nelangsa, kenapa? Karena saat itu saya tidak berada disekolah untuk melindungi dan membela anak saya. Saya sangat menghormati dan menghargai kebijakan sekolah. Saya juga telah percaya menitipkan buah hati kesayangan saya di sekolah tersebut. Tapi ya, tetap kecolongan.

Ibarat pepatah nasi sudah menjadi bubur. Anak saya sudah mengalami trauma karena merasa tidak suka dan nyaman atas perlakuaan  teman laki-laki dikelasnya saat itu. Yang saya lakukan adalah menghibur dan menguatkan anak saya agar dia bisa kembali bersemangat untuk sekolah dan menyembuhkan luka dalam hatinya.

Yang saya khawatirkan bukanlah luka fisik yang diterima, terlebih tidak ada luka serius yang dialami oleh anak saya. Luka psikis yang   terlihat jelas dari anak saya. Dia sempat tidak mau masuk sekolah, bertidak agresif pada anak laki-laki termasuk pada adiknya, murung, dan tidak antusias lagi untuk menceritakan kegiatannya di sekolah. Saya masih berusaha memberi pengertian pada putri saya untuk dapat memaafkan kejadian itu, yang paling membuat saya risau ketika putri saya berkata ingin segera masuk pesantren karena di sana tidak ada anak laki-laki.

Suka duka menjadi ibu sedang menguji batas kesabaran saya kali ini. Menjadi orangtua korban perundungan memang sangat meyesakkan dada, tetapi mengetahui bahwa anak kita menjadi pelaku perundungan juga serasa menelan pil pahit.

Menurut pandangan saya untuk mengantisipasi agar tidak terjadi perundungan di sekolah harus ada usaha preventif dan berkesinambungan dari orangtua dan pihak sekolah. Agar bersama-sama membimbing anak-anak ini agar tidak melakukan tersebut. Mengajarkan juga bagaimana menghadapinya ketika menjadi korban.

Sekolah harus lebih memperhatikan dan melakukan tindakan yang tegas jika terjadi perundungan di sekolah. Mengabaikan masalah ini hanya akan membuat hal tersebut terus terulang dan dianggap sebagai kegiatan biasa-biasa saja dan tidak melanggar norma. Anak-anak memang perlu bimbingan dari orang dewasa untuk memahami mana hal yang baik dan tidak.

Semoga tidak ada lagi kejadian serupa yang terjadi di sekolah. STOP BULLYING, STOP PERUNDUNGAN!


#Artikel ini diikut sertakan pada One Day One Post Estrilook Comunity #Day4.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengalaman Membaca Buku Wonderfull Mom

Foto: koleksi pribadi Hai, Kawan Vera! Beberapa hari lalu, datanglah sebuah buku antologi yang bertajuk Wonderfull Mom. Warna ...